lundi 4 juin 2012

Dari waktu ke waktu

Samudera Atlantik Selatan,


Selama pelayaran dalam Mission Jeanne d’Arc ini saya beruntung mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota-kota yang mana saya belum pernah melihatnya sebelumnya. Selama itu pula saya melakukan pelayaran ke timur, ke barat, ke selatan dan ke utara. Layaknya kalau kita bepergian dengan pesawat terbang, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain yang cukup jauh, tentunya kita mengalami perubahan zona waktu. Jika kita bepergian dengan pesawat, perubahan waktu tersebut kita laksanakan ketika hendak mendarat pada saat diumumkan melalui pengumuman pesawat terbang. Sedangkan pada saat bepergian dengan mobil kita melaksanakannya pada saat melintas daerah tertentu karena pada saat di darat batasnya jelas. Bagaimanakah kalau di laut  ? Bagi orang yang tidak bepergian dengan kapal laut, pertanyaan ini sungguh menarik. Karena media transportasi kapal tidak secepat pesawat terbang dan di laut tidak memiliki batas seperti di darat.

Selama di kapal, khususnya di kapal perang, perubahan waktu biasanya ditentukan oleh Sang Komandan. Perubahan waktu di laut sangat penting karena menyangkut kerealistisan dan penentuan jam jaga. Bayangkan jika kita selama periode pelayaran mendapat jatah jaga jam 8 s.d. 12 siang dan kita melaksanakan pelayaran ke barat yang cukup jauh, dari Cape Town ke Rio de Janeiro yang ditempuh dalam waktu 15 hari. Pada awal jaga jam 8 itu pagi. Kalau tidak diadakan pergantian waktu selama perjalanan, pada saat di Rio jam 8 pagi itu masih gelap seperti jam 4 pagi. Masalah realistis tidak realistisnya, tentunya kita tidak mau beranjak tidur malam di saat matahari baru terbenam, ataupun melaksanakan apel pagi mulai kerja pada jam 5 pagi.

Selama misi Jeanne d’Arc ini, yang diikuti oleh dua kapal, perubahan waktu dilaksanakan secara bersama-sama. Siapa yang menentukan  ? Tentunya Dansatgas, dalam hal ini Komandan BPC Dixmude, karena dia lebih senior. Atau kalau bukan dia, yang menentukan adalah salah satu perwira Dixmude yang mendapat mandat dari Komandan. Dan rencana perubahan waktu ini ditegaskan dalam SOE (Schedule of Event) harian, yang diterima oleh masing-masing kapal dan diumumkan dalam briefing harian dua hari sebelumnya. Briefing harian dilaksanakan setiap hari jam 18.15 waktu lokal.

Yang menarik, perubahan waktu tersebut dilaksanakan pada saat malam hari, di saat semua orang tidak sedang beraktivitas. Biasanya dilaksanakan pada pukul 4 pagi, yang akan menjadi pukul 5 pagi kalau kita berlayar ke timur, atau pukul 3 pagi kalau kita berlayar ke barat. Perubahan waktu ini tanpa didahului oleh pencocokan waktu dan hanya dituangkan dalam feuille de service, atau lembaran rencana kegiatan harian, yang di TNI AL disebut PHST.

Di lingkungan internasional pun kita mengenal penyebutan zona waktu dengan huruf, dari A (Alfa), B (Bravo) dan seterusnya. Selama pelayaran ini saya memulai dari zona waktu A atau GMT + 1 pada saat saya berada di Toulon, Perancis. Setelah itu kami berlayar ke timur yang artinya matahari semakin cepat terbit dan semakin cepat terbenam pula, sehingga waktu harus dimajukan. Tujuan berikutnya adalah Beirut yang berzona waktu B (GMT + 2). Dari Beirut, tali-tali kami lepas untuk melanjutkan perjalanan ke timur menuju Djibouti yang berzona waktu GMT + 3, setelah melintas Terusan Suez dan laut Merah. Setelah itu menuju ke Mombassa, Kenya hingga akhirnya menuju ke La Reunion, salah satu wilayah teritorial Perancis di Samudera Hindia yang berzona waktu D (Delta). La Reunion adalah tempat paling timur dalam misi ini. Yang berarti pelayaran selanjutnya adalah ke barat dan terus ke barat.

Dari La Reunion kami menuju ke Cape Town, ujung paling selatan benua Afrika yang berzona waktu Bravo. Kalau GMT + 1 kita sebut Alfa, GMT + 2 adalah Bravo, Jakarta yang GMT + 7 masuk dalam zona waktu G (Golf). Pertanyaan selanjutnya, disebut apakah GMT (Greenwich Mean Time) ? Jawabannya adalah zona waktu Z (Zulu). Zona waktu Zulu inilah yang digunakan oleh tentara sekutu yang tergabung dalam NATO pada saat melaksanakan operasi. Hal ini untuk memberikan kepastian dan menghilangkan kebingungan, karena mereka bekerja dengan pesawat-pesawat tempur yang dalam hitungan menit sudah mungkin untuk berganti-ganti zona waktu.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana menyebut zona waktu GMT – 1, GMT – 2, dan seterusnya ? Hal ini terus terang belum pernah saya alami sebelumnya. Pelayaran paling jauh saya adalah dari Amsterdam menuju ke Surabaya, di mana Amsterdam berzona waktu Alfa. Dan ketika saya melintas Samudera Atlantik Selatan, pertama kalinya pula saya berada dalam zona waktu yang berbeda 7 jam dari Surabaya. Yah, akhirnya saya mengalami berada di zona waktu Zulu. Setelah itu kami terus melanjutkan perjalanan ke barat dan akhirnya betul-betul berada di zona waktu GMT – 1 yang disebut N (November).

Kenapa November dan bukan Y (Yankee) karena sebelum Zulu harusnya Yankee. Ternyata jawabannya adalah karena zona waktu terjauh di timur GMT adalah GMT + 13, yang kalau di Blacberry maupun di Windows bertempat di Nuku’alofa, yang berzona waktu M (Mike). Setelah itu, penamaan zona waktu dilanjutkan dengan November di GMT – 1, Papa untuk wilayah Rio de Janeiro pada GMT – 3, dan Sierra di zona waktu Central America GMT – 6. Praktis pada saat di Rio de Janeiro nanti, selisih waktu saya dengan  Surabaya adalah 10 jam.

Hal-hal menarik berkaitan dengan perubahan waktu di kapal adalah masalah untung-rugi jaga. Kenapa begitu ? Karena waktu jaga bisa menjadi lebih panjang atau lebih pendek satu jam. Kalau kita berlayar ke timur, tentunya menjadi untung kalau perubahan waktu dilaksanakan di masa jaga kita karena waktu menjadi semakin cepat. Sebagai contoh kita jaga pada jam 8 sampai jam 12 pagi di zona waktu Zulu. Kemudian kita melaksanakan perubahan waktu pada pukul 11 Zulu yang kemudian menjadi 12 Alfa. Jadi total jaga hanya tiga jam.

Hal sebaliknya terjadi bila kita berlayar ke arah barat. Jam jaga yang seharusnya 4 jam bisa molor hingga 5 jam. Dan itu bisa jadi membuat gondok seseorang, utamanya kalau jaga larut malam dari tengah malam hingga jam 4 pagi. Untuk menyiasatinya, kelebihan waktu satu jam tadi dibagi dua oleh jaga lama dan jaga baru. Jadi masing-masing melaksanakan jaga selama 4 setengah jam. Cukup adil.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire