Samudera Atlantik Selatan,
Selama pelayaran dalam Mission
Jeanne d’Arc ini saya beruntung mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota-kota
yang mana saya belum pernah melihatnya sebelumnya. Selama itu pula saya
melakukan pelayaran ke timur, ke barat, ke selatan dan ke utara. Layaknya kalau
kita bepergian dengan pesawat terbang, berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain yang cukup jauh, tentunya kita mengalami perubahan zona waktu. Jika
kita bepergian dengan pesawat, perubahan waktu tersebut kita laksanakan ketika
hendak mendarat pada saat diumumkan melalui pengumuman pesawat terbang.
Sedangkan pada saat bepergian dengan mobil kita melaksanakannya pada saat
melintas daerah tertentu karena pada saat di darat batasnya jelas. Bagaimanakah
kalau di laut ? Bagi orang yang tidak
bepergian dengan kapal laut, pertanyaan ini sungguh menarik. Karena media transportasi
kapal tidak secepat pesawat terbang dan di laut tidak memiliki batas seperti di
darat.
Selama di kapal, khususnya di
kapal perang, perubahan waktu biasanya ditentukan oleh Sang Komandan. Perubahan
waktu di laut sangat penting karena menyangkut kerealistisan dan penentuan jam
jaga. Bayangkan jika kita selama periode pelayaran mendapat jatah jaga jam 8
s.d. 12 siang dan kita melaksanakan pelayaran ke barat yang cukup jauh, dari
Cape Town ke Rio de Janeiro yang ditempuh dalam waktu 15 hari. Pada awal jaga
jam 8 itu pagi. Kalau tidak diadakan pergantian waktu selama perjalanan, pada
saat di Rio jam 8 pagi itu masih gelap seperti jam 4 pagi. Masalah realistis
tidak realistisnya, tentunya kita tidak mau beranjak tidur malam di saat
matahari baru terbenam, ataupun melaksanakan apel pagi mulai kerja pada jam 5
pagi.
Selama misi Jeanne d’Arc ini,
yang diikuti oleh dua kapal, perubahan waktu dilaksanakan secara bersama-sama.
Siapa yang menentukan ? Tentunya
Dansatgas, dalam hal ini Komandan BPC Dixmude, karena dia lebih senior. Atau
kalau bukan dia, yang menentukan adalah salah satu perwira Dixmude yang
mendapat mandat dari Komandan. Dan rencana perubahan waktu ini ditegaskan dalam
SOE (Schedule of Event) harian, yang
diterima oleh masing-masing kapal dan diumumkan dalam briefing harian dua hari sebelumnya. Briefing harian dilaksanakan setiap hari jam 18.15 waktu lokal.
Yang menarik, perubahan waktu
tersebut dilaksanakan pada saat malam hari, di saat semua orang tidak sedang
beraktivitas. Biasanya dilaksanakan pada pukul 4 pagi, yang akan menjadi pukul
5 pagi kalau kita berlayar ke timur, atau pukul 3 pagi kalau kita berlayar ke
barat. Perubahan waktu ini tanpa didahului oleh pencocokan waktu dan hanya
dituangkan dalam feuille de service,
atau lembaran rencana kegiatan harian, yang di TNI AL disebut PHST.
Di lingkungan internasional pun
kita mengenal penyebutan zona waktu dengan huruf, dari A (Alfa), B (Bravo) dan
seterusnya. Selama pelayaran ini
saya memulai dari zona waktu A atau GMT + 1 pada saat saya berada di Toulon,
Perancis. Setelah itu kami berlayar ke timur yang artinya matahari semakin
cepat terbit dan semakin cepat terbenam pula, sehingga waktu harus dimajukan.
Tujuan berikutnya adalah Beirut yang berzona waktu B (GMT + 2). Dari Beirut,
tali-tali kami lepas untuk melanjutkan perjalanan ke timur menuju Djibouti yang
berzona waktu GMT + 3, setelah melintas Terusan Suez dan laut Merah. Setelah
itu menuju ke Mombassa, Kenya hingga akhirnya menuju ke La Reunion, salah satu
wilayah teritorial Perancis di Samudera Hindia yang berzona waktu D (Delta). La
Reunion adalah tempat paling timur dalam misi ini. Yang berarti pelayaran
selanjutnya adalah ke barat dan terus ke barat.
Dari La Reunion kami menuju ke
Cape Town, ujung paling selatan benua Afrika yang berzona waktu Bravo. Kalau
GMT + 1 kita sebut Alfa, GMT + 2 adalah Bravo, Jakarta yang GMT + 7 masuk dalam
zona waktu G (Golf). Pertanyaan selanjutnya, disebut apakah GMT (Greenwich Mean Time) ? Jawabannya adalah
zona waktu Z (Zulu). Zona waktu Zulu inilah yang digunakan oleh tentara sekutu
yang tergabung dalam NATO pada saat melaksanakan operasi. Hal ini untuk
memberikan kepastian dan menghilangkan kebingungan, karena mereka bekerja
dengan pesawat-pesawat tempur yang dalam hitungan menit sudah mungkin untuk
berganti-ganti zona waktu.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana
menyebut zona waktu GMT – 1, GMT – 2, dan seterusnya ? Hal ini terus terang
belum pernah saya alami sebelumnya. Pelayaran paling jauh saya adalah dari
Amsterdam menuju ke Surabaya, di mana Amsterdam berzona waktu Alfa. Dan ketika
saya melintas Samudera Atlantik Selatan, pertama kalinya pula saya berada dalam
zona waktu yang berbeda 7 jam dari Surabaya. Yah, akhirnya saya mengalami
berada di zona waktu Zulu. Setelah itu kami terus melanjutkan perjalanan ke
barat dan akhirnya betul-betul berada di zona waktu GMT – 1 yang disebut N
(November).
Kenapa November dan bukan Y
(Yankee) karena sebelum Zulu harusnya Yankee. Ternyata jawabannya adalah karena
zona waktu terjauh di timur GMT adalah GMT + 13, yang kalau di Blacberry maupun
di Windows bertempat di Nuku’alofa, yang berzona waktu M (Mike). Setelah itu,
penamaan zona waktu dilanjutkan dengan November di GMT – 1, Papa untuk wilayah
Rio de Janeiro pada GMT – 3, dan Sierra di zona waktu Central America GMT – 6. Praktis pada saat di Rio de Janeiro nanti,
selisih waktu saya dengan Surabaya
adalah 10 jam.
Hal-hal menarik berkaitan dengan
perubahan waktu di kapal adalah masalah untung-rugi jaga. Kenapa begitu ?
Karena waktu jaga bisa menjadi lebih panjang atau lebih pendek satu jam. Kalau
kita berlayar ke timur, tentunya menjadi untung kalau perubahan waktu dilaksanakan
di masa jaga kita karena waktu menjadi semakin cepat. Sebagai contoh kita jaga
pada jam 8 sampai jam 12 pagi di zona waktu Zulu. Kemudian kita melaksanakan
perubahan waktu pada pukul 11 Zulu yang kemudian menjadi 12 Alfa. Jadi total
jaga hanya tiga jam.
Hal sebaliknya terjadi bila kita
berlayar ke arah barat. Jam jaga yang seharusnya 4 jam bisa molor hingga 5 jam.
Dan itu bisa jadi membuat gondok
seseorang, utamanya kalau jaga larut malam dari tengah malam hingga jam 4 pagi.
Untuk menyiasatinya, kelebihan waktu satu jam tadi dibagi dua oleh jaga lama
dan jaga baru. Jadi masing-masing melaksanakan jaga selama 4 setengah jam.
Cukup adil.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire