Setelah absen
menulis setelah sekian lama, saya merasa kini saatnya memulai kembali sebuah
kebiasaan baik. Ya, terakhir kali coretan di blog ini adalah semasa saya masih
bergabung di ”Mission Jeanne d’Arc”,
saat masih on board di kapal
Perancis. Mimpi menyelesaikan kisah saya semasa saya belajar di Angkatan Laut
Perancis pun tidak (/belum) terselesaikan. Mungkin suatu saat nanti saya akan
melanjutkan kisah saya tersebut.
Sebagai
informasi buat para pembaca blog saya ini, saya sekarang bertugas di Lebanon,
sebagai salah satu pasukan perdamaian. Kebetulan kapal saya ditunjuk untuk
bergabung sebagai salah satu kapal PBB. Yang bertugas mengamankan perairan
Lebanon dari kemungkinan penyelundupan senjata ilegal dan barang-barang
berbahaya sejenis.
Berangkat dari Surabaya tanggal 5 Maret 2013,
berarti sudah 120 hari terlewati dari total delapan bulan rencana penugasan kami.
Artinya, hari saya menulis sekarang ini adalah tepat setengah masa penugasan
yang direncanakan. 120 hari bisa dibilang cepat, bisa juga dibilang lama. Saya
merasakan hari-hari yang sudah terlalui berjalan cepat apabila menengok kembali
ke belakang. Namun apabila harus menatap ke 120 hari berikutnya yang harus
dilalui, jalan panjang masih terpampang di depan mata.
Bagi manusia
normal delapan bulan adalah waktu yang tidak sedikit untuk dilewatkan. Begitu pun yang saya rasakan. Namun bagi
prajurit Angkatan Laut yang sudah “niat
ingsun » mengabdikan sebagian hidupnya di laut, waktu selama itu
adalah tantangan tersendiri. Beruntung saya hidup di jaman internet. Di mana
komunikasi bisa dilaksanakan di mana saja dan kapan saja. Hari-hari saya di
kapal sangat terbantu oleh internet. Blackberry
messenger yang sedang mewabah di Indonesia bisa dilaksanakan dengan lancar
(walaupun tidak selancar jaringan Telkomsel, nah ?!)
Internet juga sangat membantu hari-hari saya di
kapal. Yang paling gress, saya
berhasil menemukan kenangan masa kecil saya yang sudah lama terlupakan :
Captain Tsubasa !!! Haha, saya sekarang sedang menekuni komik Captain
Tsubasa lagi ! Sepintas seperti kegiatan iseng biasa yang tidak bermakna.
Namun, dari setiap hal, selalu saja ada hal positif yang bisa diambil. Begitu
juga dari komik yang bercerita tentang
seorang anak SD Nankatsu yang bermimpi menjadi seorang pesepakbola profesional
itu.
Dalam cerita
itu, Tsubasa Oozora, sang tokoh, sangat mencintai sepak bola. Bagi dirinya, sepakbola adalah kesenangan,
kesenangan yang bisa melambungkannya ke mimpi-mimpi yang selama ini diidamkan.
Berbeda dengan koleganya, Kojiro Hyuga. Seorang striker yang tak kalah
hebatnya. Namun, Hyuga memperlakukan sepakbola sebagai alat. Alat untuk
menyelesaikan masalah ekonomi keluarganya. Alat untuk mendapatkan beasiswa.
Tsubasa beda. Dia sangat mencintai sepakbola, dia menjadikan bola sebagai
teman. Dan akhirnya Tsubasa sangat sukses berkarier sebagai pesepakbola.
Pesan moralnya :
Cintailah pekerjaanmu, jangan jadikan pekerjaanmu sebagai alat. Semua sudah ada
yang mengatur. Manusia hanya harus mencintai.
Salam kenal mas...
RépondreSupprimerSukses terus ngblog nya...
rajin2 update yak... saya follow loh...