Morgat,
Seminggu sudah saya menghirup udara di Perancis. Senang tentunya yang saya rasakan, namun terkadang rasa sepi mendera. Yang pertama karena jauh dari keluarga, utamanya jauh dari putri kecilku. Selain itu, suasana di lingkungan saya tinggal jauh dari rasa kekeluargaan. Mungkin karena kami sama-sama baru berjumpa jadi belum saling mengenal satu sama lain. Selesai urusan sekolah berarti selesai juga urusan, masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri.
Namun di sini saya
mempunyai teman, Justine namanya. Kami bertemu di Brest tujuh tahun yang lalu,
tepatnya pada tahun 2005 ketika saya singgah saat melaksanakan pelayaran dengan
KRI Dewaruci. Ketika itu lepas dari main drum band di Balaikota Brest, kami
berfoto bersama, lalu dia main ke kapal. Cukup singkat pertemuan kami saat itu.
Saling kontak via email dan facebook selama tujuh tahun hingga akhirnya saya
kembali ke Brest sekarang ini.
Awalnya kami janji untuk bertemu pada hari
Minggu di pintu masuk Ecole Navale. Dia menjemput saya
karena orang tuanya mengundang saya untuk makan malam di rumahnya. Saya
tunggu-tunggu namun dia tak kunjung tiba. Saya konfirmasi via sms, dia bilang
dia sudah menunggu di depan pintu gerbang. Bingung saya, karena saya tak
mendapati siapa pun di pintu masuk. Ternyata
dia menunggu di Ecole Navale di Brest, sedangkan saya menunggu di Ecole Navale
di Lanveoc. Pantas saja tidak nyambung. Kembalilah saya
ke kamar sambil kedinginan. Ternyata
kejadian seperti ini tidak hanya ada di sinetron saja.
Minggu depannya kami janjian bertemu lagi,
kali ini dia akan benar-benar ke Lanveoc, bersama ibunya. Dia bilang, “kalau
tidak ketemu sekarang maka kita akan ketemu tujuh tahun lagi.”
Masuk akal juga pikir saya. Setelah 45
menit menunggu di penjagaan depan kami akhirnya benar-benar berjumpa. Namun saya
merasa agak aneh, karena seharusnya selayaknya kawan lama yang baru berjumpa
akan banyak bercerita. Namun ini lain, lagi-lagi karena kendala bahasa. Ah,
sudahlah, saya pun naik ke mobil dan kami meluncur ke Morgat, sebuah kota di
pesisir laut.
Di sana kami mampir ke restoran crepes. “ini namanya “Goûter” , “ kata Pascale, ibu
Justine. Goûter adalah snack, dimakan waktu sore atau pagi setengah siang. Di sana kami bercerita macam-macam, mulai dari keluarga sampai
hal-hal tidak penting. Tak terasa waktu sudah semakin sore hingga akhirnya kami
harus kembali. Sebelum kembali ke Ecole Navale kami menyempatkan jalan-jalan
sambil foto-foto di depan sebuah benteng dan kapal layar.
Hari pun semakin
berjalan, matahari pun tak sabar ingin menenggelamkan diri dalam gelapnya
malam. Kami kembali ke Lanveoc, mengantar saya pulang. Cukup singkat perjumpaan
kami saat itu, namun cukup berarti buat saya. Senang
berkenalan dengan Pascale, seorang ibu yang sangat baik, bahkan kepada orang
yang baru dikenalnya. Padahal Pascale hanya tahu saya lewat cerita-cerita
Justine, lewat foto-foto di facebook. Heran ada orang Perancis seperti Pascale,
yang notabenenya orang Perancis terkenal tak acuh.
Perjumpaan hari itu adalah awal di mana
saya menemukan sebuah kehangatan dalam sebuah keluarga Perancis, yang akan saya
tulis di tulisan saya selanjutnya.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire