BPC Dixmude,
Sudah empat hari ini saya bergumul dengan
ombak bersama BPC Dixmude. Sudah empat hari pula saya merasakan bagaimana pola
kehidupan pelaut-pelaut Perancis. Tinggal di sebuah kapal asing tentunya tidak
mudah, sendirian pula. Dan, seperti yang kita dengar, tidak mudah bagi orang
Perancis untuk bergaul dengan orang asing, mereka tidaklah seramah yang kita
bayangkan. Namun ada hal-hal baik yang patut kita contoh.
Rutinitas kapal dimulai
pada jam 07.00, saat bangun pagi. Di sini tidak ada peluit bangun pagi seperti
di KRI, dan namanya pun adalah Branle-bas. Walaupun bangun pagi pukul 07.00, namun
mengingat kebiasaan di Indonesia saya bangun lebih pagi, bangunlah saya satu
setengah jam lebih awal. Selain kebiasaan, bangun pagi juga untuk mengejar
sholat shubuh. Pagi-pagi itu pula saya sudah mandi pagi, salah seorang di
antara sedikit orang yang mandi pagi di kapal ini. Setelah itu sarapan, dan
memulai rutinitas pelajaran seperti biasa.
Yang menjadi luar biasa
adalah jam kerja, di saat kebiasaan saya di Indonesia selesai kerja adalah jam
4 sore, di sini jam kerja bisa sampai jam 18.00. Yah, pelajaran ataupun
pekerjaan yang harus dilakukan di kapal baru selesai jam enam petang. Itu pun
masih harus dilanjut briefing harian yang dihadiri oleh Komandan dan seluruh
ABK kapal pada pukul 18.30. Selesai briefing pukul
20.00 lanjut makan malam di ruang makan yang berada di geladak 5.
Selesai makan malam, mulailah saat
tolah-toleh. Tidak mudah mencari
teman di sini. Kebetulan hanya teman dari Kuwait yang enak diajak berteman, mungkin
karena merasa sesama muslim. Dari ruang makan, sebagian siswa naik ke geladak
6. Untuk apa lagi kalau bukan untuk ke ruang rekreasi. Ruang rekreasi yang
diperuntukkan untuk para pasis sangatlah bagus menurut penilaian saya. Dilengkapi dengan bar dan perpustakaan menjadikan ruangan ini tempat
yang asyik untuk berkumpul. Di bar kami bisa menikmati teh dan kopi panas
secara gratis, ataupun minuman kaleng seharga setengah sampai satu euro. Di
sudut yang lain tampak permainan bébéfoot
(sepakbola meja) yang menjadi salah satu favorit pengunjung ruang rekreasi ini.
Namun yang paling banyak peminatnya adalah
permainan Wii dengan permainan Mario Kartnya. Selalu ramai hingga bergantian
dan antri kalau ingin mencicipi mainan tersebut. Dengan stik yang hanya empat
dan peminat yang melebihi kapasitas, tak heran kalau system antrian diterapkan
di sana. Dua pemain yang mendapat ranking terendah harus merelakan stiknya
diambil oleh pengantri yang lain.
Sudah dua hari ini saya mencoba permainan
itu, dan hasilnya, seperti yang dikira, adalah selalu juru kunci. Paling hanya
menang dengan teman dari Togo, itupun paling banter ranking 11 dari 12 peserta.
Namun, dalam diri seorang Andromeda tidak ada kata putus asa. Terus mencoba dan
terus berlatih adalah kunci kesuksesan, termasuk dalam bidang Mario Kart ini.
Di waktu senggang antarpelajaran tak lupa saya menjajal Mario Kart, dengan
harapan suatu saat nanti bisa menjadi yang nomor satu.
Percaya atau tidak, Mario Kart telah
mengisi hari-hari saya, paling tidak dalam tiga hari ini. Dari pada di kamar
bengong sendiri menunggu malam habis, mending main Mario Kart, hitung-hitung
sambil refreshing. Asal jangan sampai
kebawa ke Surabaya, hingga membuat lupa anak istri.
Hidup Mario Kart !!!
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire