07.00 tepat waktu kapal. Siaran kapal
berbunyi nyaring.
- Branle-bas… branle-bas…
Siaran kapal tersebut
membangunkan seluruh penghuni kapal ini. Branle-bas adalah waktu bangun pagi,
setiap hari jam tujuh pagi. Seperti biasanya, perwira jaga anjungan pada saat
itu mengumumkan, juga lewat siaran kapal, bagaimana keadaan cuaca saat itu, kegiatan
apa yang akan dilaksanakan pada hari itu, dsb. Setelah
sang paga anjungan selesai memberi pengumuman, ada perhatian tambahan yang
berasal dari Komandan kapal.
- Kepada seluruh prajurit,
di sini Komandan. Kemarin malam saya melaksanakan
pemeriksaan ke seluruh kapal. Saya sedikit kecewa dengan kondisi kebersihan
kapal, yang sangat jauh menurun dibandingkan pada saat keberangkatan. Dihimbau
kepada seluruh ABK, termasuk prajurit Angkatan Darat dan seluruh pasis, agar
melaksanakan pembersihan sesuai sektor masing-masing. Pembersihan dilaksanakan
setelah apel pagi.
Pembersihan. Istilah ini sudah akrab di
telinga saya sejak tahun 2003, tepatnya sejak saya resmi masuk lembah tidar di
Magelang. Dan kata tersebut semakin akrab dengan saya ketika saya masuk AAL,
lebih-lebih ketika saya sudah berdinas di KRI. Bagi kami, pembersihan ini
sangat penting, demi menjaga aset Negara yang dititipkan kepada kami ini. Dan, ternyata hal itu juga berlaku di Angkatan
Laut Perancis, la Marine Nationale.
Sehabis apel pagi, kami
langsung menuju ke poste de propreté
(sektor pembersihan) masing-masing. Saya mendapat
sektor pembersihan di kamar saya sendiri, bersama seorang kawan Perancis. Sebenarnya
menurut penilaian saya, kapal ini masih sangat-sangat bersih, terbukti saya
hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk membersihkan kamar saya. Dan
satu kamar seharusnya cukup ditangani oleh seorang saja.
Di Perancis, yang namanya kamar mandi dan
WC harus kering. Kalau basah berarti belum dibersihkan. Maka yang harus
dilakukan adalah mengepel hingga kering. Alat pel, ember dan obat pel
disediakan oleh pihak sekolah, kami tinggal memakainya setiap hari. Sapu pun
ada, hanya bentuknya yang aneh, dan juga tidak ada cikrak. Jadi untuk mengambil debu dan kotoran harus memakai tisu WC
untuk kemudian dibuang ke tempat sampah. Tempat sampah kami biarkan seperti
adanya, karena tidak mungkin untuk membuang sampah di laut.
Selesai urusan saya, saya berangkat ke
kelas untuk mengikuti pelajaran. Yang saya lihat luar biasa sekali, seluruh
orang yang saya jumpai melaksanakan pembersihan, di koridor, di tangga,
seluruhnya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Di ruang kelas,seluruh Pasis
juga masih sibuk melaksanakan pembersihan, menyapu, mengepel, membersihkan
kaca. Tidak ada yang nyoro ! Karena di sini ada yang namanya Capitaine d'Arme, sang penegak disiplin. Jadi teringat masa-masa saya Kadet dulu, di mana
pembersihan adalah yang terpenting. Sampai ada jargon : Intinya ?? Pembersihan dan sikap patah-patah ! Hehe…
Dan, setiap pagi pun kami melaksanakan
rutinitas seperti itu, pembersihan dan pembersihan.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire