lundi 26 mars 2012

Membelah Laut Merah

Laut Merah, geladak Georges Leygues.

“ Bonsoir à tous, Enseigne de Vaisseau Andromeda pour le quart 18h à 20h comme l’OQO en double.
Activité à venir, il y aura un TP MM à 18h et le TRAPAX à 19h30. La condition météo, la visibilité est mauvaise, 2 nautiques. La situation surface est clair, le Dixmude est à notre derrière 3 nautiques. Poursuiteur, je vous demande de reporter le CPA et les informations outils à la passerelle.
On passe en danger surface blanc, tir interdit. Toutes les armes sont repos.
Je vous demande de me rendre compte des réglages de vos senseurs et des fréquences veillés dans l’ordres la GE, l’OAD, l’O-INFO et le Poursuiteur.
Bon quart à tous.”

Begitulah rutinitas pertama yang kami lakukan selaku perwira jaga PIT (Pusat Informasi Tempur), mengawali penjagaan selama dua atau empat jam di kotak hitam yang mereka sebut CO (Central Opération) itu. Selama waktu itu pula saya selalu melaksanakan latihan simulasi peperangan, duduk di depan layar monitor dan melaporkan kontak-kontak yang muncul di layar. Tak jarang pula latihan diakhiri dengan simulasi penembakan Exocet MM-38 ataupun Crotale. Sesuatu yang mudah sebenarnya karena semua teori sudah saya pelajari, namun tak jarang menjadi sesuatu yang kompleks karena situasi yang disimulasikan berkembang dengan cepat dan kami dituntut untuk berpikir dengan cepat juga, antara melaksanakan identifikasi, mengirim laporan ke Komandan peperangan, ataupun memikirkan keselamatan kapal dengan melaksanakan aksi-aksi auto-defense.

Di kapal bernomor lambung D-640 ini saya juga melaksanakan jaga di anjungan. Sesuatu yang mudah juga karena saya sudah melaksanakan jaga seperti ini ratusan kali. Namun menjadi mengerikan apabila ada telepon bordering dan harus melaksanakan koordinasi dengan ruang mesin ataupun yang lainnya. Apalagi kalau bukan masalah bahasa. Namun pelan tapi pasti, seluruh kengerian itu hilang dengan sendirinya. 

Mungkin ini yang disebut kualat. Dua tahun yang lalu, 2010 tepatnya, saya sebagai Panagi KRI Teluk Banten-516, ketempatan puluhan Pasis AAL yang melaksanakan latihan SEAAC. Saat itu ujian demi ujian saya berikan kepada adik-adik saya calon pelaut agar mereka semua cakap sebagai paga laut di KRI. Siapa yang menyangka kalau sekarang saya melaksanakan hal yang sama seperti mereka jalani di Teluk Banten, dengan situasi yang berbeda tentunya.

Seminggu di George Leygues, saya merasakan yang namanya terusan Suez untuk kedua kalinya dalam hidup. Setelah itu melewati Laut Merah untuk menuju ke Djibouti. Yang saya rasakan di Georges Leygues ini, situasi di kapal seperti layaknya sebuah kapal perang sesungguhnya. Selama melaksanakan transit di terusan Suez, kapal berada dalam Status Kewaspadaan tingkat 2 Asimetrik, yang berarti setengah kekuatan penjagaan harus standby, baik di anjungan maupun di PIT. Begitu pula waktu mendekati daerah Operasi AntiPerompakan Atalanta, lagi-lagi Status Kewaspadaan tingkat 2 dijalankan. 

Selain itu, setiap hari kapal melaksanakan latihan bersama Dixmude. Latihannya bervariasi, mulai dari latihan penembakan, simulasi peperangan, sampai penerbangan. Namun yang rutin adalah melaksanakan latihan manuver Pembekalan di Laut. Latihan manuver ini dilaksanakan berulang kali selama empat jam, dan para siswa digilir untuk merasakan bagaimana rasanya menjalankan kapal pada saat latihan pembekalan di laut. Kalau cuaca bagus, pasti dilaksanakan latihan penerbangan heli. Dengan adanya BPC Dixmude yang mempunyai kemampuan mengangkut maksimal 16 helikopter, tak sulit latihan ini dijalankan. Mulai dari touch and go, VERTREP hingga foto kapal dilaksankan oleh Gugus Tugas Mission Jeanne d’Arc ini. Dengan banyaknya penerbangan yang dilakukan, baik siang maupun malam, sudah tak terhitung berapa bahan bakar yang terbuang. Begini rupanya caranya negara-negara kaya dalam menyiapkan kesiagaan Angkatan Perangnya.

Mental, itu kuncinya. Selama seminggu pelayaran bersama George Leygues saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mental orang Perancis. Tidak pernah terlihat wajah mengeluh karena harus melaksanakan Status Kewaspadaan tingkat 2, selalu terlihat bersemangat walaupun latihan RAS dilaksanakan setiap hari, yang berarti diulang-ulang begitu-begitu saja. Dan mental ini terlihat dari semua orang, baik Komandan, perwira kapal, ABK maupun teman-teman saya siswa tingkat akhir Ecole Navale.
Selama pelaksanaan latihan, Komandan selalu terlihat mengikuti, baik berada di anjungan maupun di PIT. Bahkan untuk latihan intern sekelas latihan kebakaran, Komandan terlihat serius mengikuti laporan perkembangan situasi terakhir yang dilaksanakan oleh perwira pengendali PEK. Perwira kapal pun begitu, para Paga anjungan maupun Paga PIT selalu memberikan kepercayaan seratus persen kepada siswa dalam melaksanakan tugasnya. Dengan tetap memberikan supervisi seperlunya tentunya. Setiap selesai latihan peperangan di PIT kami selalu diberikan briefing tentang pelaksanaan latihan yang baru selesai kami laksanakan.

Dari sisi siswa, ruang Richilieu (ruang belajar perwira siswa) selalu terlihat penuh sesak. Delapan buah komputer yang tersedia selalu penuh orang, sehingga menyulitkan saya untuk mengakses email. Sebelum jaga wajib hukumnya mempersiapkan diri, dan ini murni dari kesadaran, karena benar-benar tidak ada perwira kapal yang mengarahkan. Hukuman-hukuman tidak dikenal di sini, yang ada adalah ancaman tidak lulus, yang pastinya jauh lebih mengerikan.

Selama belajar di Angkatan Laut Perancis, belum pernah saya menyaksikan peta wilayah Perancis dipajang di dinding-dinding. Semua peta yang ditempel di dinding, termasuk dinding besi George Leygues ini adalah peta dunia ! Sekali lagi ini bicara masalah mindset. Suatu saat nanti, seharusnya bangsaku seperti ini. Sebuah bangsa yang besar, yang tidak hanya besar wilayahnya, namun besar dalam arti seluruhnya. Dengan luas wilayah yang jauh lebih besar daripada Perancis, sudah sepantasnya Negara ini diperkuat oleh Armada Laut yang besar pula. Yang artinya dibutuhkan juga ribuan jenius untuk mengawaki mesin-mesin perang itu nantinya. Semoga di saat itu saya masih bisa bernafas, untuk menyaksikan kejayaan negeri ini yang telah lama tertidur.

Amin.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire